Kali ini saya akan membahas tentang salah satu bagian dari kesenian indonesia yaitu " Wayang Kulit " mungkin pembaca ingin mengetahuin bagaimana sih cerita atau sejarah dari wayang kulit itu sendiri.
Okee langsung ajee bro..
Pergaulan anak muda jaman sekarang sudah jauh sekali meninggalkan budaya bangsa ini mungkin salah satu dari mereka sudah tidak mengenal apa itu wayang kulit dan budaya lainya, mereka kini lebih mengenal budaya barat atau dari negara lain padahal ya jika mereka tau budaya bangsa kita ini sangat kaya, kini wayang kulit juga sudah dikenal dan dipelajari di berbagai negara, nah lohh... Saya berharap anak muda saat ini di perkenalkan wayang kulit dan mampu mempelajarinya dan menjaganya agar budaya ini tetep ada dan tidak dicuri atau diakui negara lain.
Pertunjukan wayang ini tidak hanya di pelajari oleh orang indonesia tetapi oleh negara lain juga dan banyak di pertunjukan kepada masyarakat dunia. pada saat pertunjukan wayang kulit selalu di iringi oleh musik gamelan, hmm.. menurut saya sih musik gamelan itu iramanya emang sangat cocok dengan pertunjukan wayang, pertunjukan wayang biasanya menceritakan cerita rakyat mahabrta, ramayana dan cerita rakyat lainya.
Wayang kulit itu merupakan seni tradisional Indonesia yang berkembang di darah Jawa. menurut informasi yang saya baca 'wayang' berasal dari kata 'MaHyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa, terus ada juga tuh.. yang mengartikan wayang dengan istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', nah yang ini disebabkan karena penontonnya juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya aja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, kelir itu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan sendiri akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Yang saya tau biasanya wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).
Eh jangan salah.. Pertunjukan wayang kulit itu telah diakui loh, oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ).
Okee sebelum pamit coba deh liat deh video wayang kulit disini http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/video.php?file_video=wayang.flv
Selasa, 05 Mei 2015
Sayangilah Orang TuaMu :)
Saya sangat berterimakasih dan sangat bersyukur kepada ALLAH SWT karena telah dilahirkan dari rahim seorang ibu yang kini sangat aku sayangi, begitu juga dengan ibuku yang menyayangiku dengan sepenuh hati, pengorbanan kasih sayang ibu takan pernah terganti dia ikhlas untuk memberiku semua itu.
ALLAH SWT pun memerintahkan hambanya untuk mencintai dan menyayangi ke dua orang tuanya terutama ibu karena surga ada di telapak kaki ibu, dan jangan sekali sekali kita untuk menyakiti hati ibu karena ridho nya ALLAH ada pada Ridhonya orang tua. Berikut adalah bukti cinta orang tua kita melalui harapan dan doa-doanya.. :'')
Anakku...
Bagaimana kabarmu, apakah kamu baik-baik saja? Di rumah, ibumu juga sehat. Sekarang ini aku sedang memandangi cermin dan fotomu. Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa aku sudah mulai tua. Kerut merut di wajahku sudah semakin banyak dan aku tidak cekatan lagi seperti dulu. Aku sering iri padamu yang selalu ceria, riang, aktif dan penuh dinamika. Akupun pernah mengalami seperti itu dulu.
Anakku...
Ketika menikah dengan ayahmu, aku tidak pernah membayangkan akan mempunyai anak seperti kamu. Sungguh, aku bangga padamu. Setelah engkau besar kini, aku baru sadar betapa kecilnya aku ini, betapa tidak berartinya aku. Engkau lahir dan tumbuh semata-mata karena mukjizat dan rahmat Tuhan belaka.
Tak kuingkari memang akulah yang mengandungmu selama sembilan bulan. Saat itu aku selalu gelisah menanti kelahiranmu. Aku selalu menjaga diriku agar bayi di perutku, yaitu kamu, sehat. Dengan susah payah dan sakit kulahirkan engkau. Aku termasuk beruntung karena tidak harus meninggal untuk melahirkanmu. Aku sampai menitikkan air mata bahagia saat mendengar tangis pertamamu yang lucu.
Engkau ini darah dan dagingku sendiri; engkau tumbuh dari bagian tubuhku namun engkau lahir keluar sebagai manusia yang baru sama sekali. Dalam beberapa hal kamu memang mirip aku tetapi selebihnya engkau sungguh baru.
Sejak kecil kurawat engkau dengan sangat hati-hati dan penuh kasih; engkau lebih kuperhatikan dari pada apapun yang pernah kumiliki. Kusuapi dan kususui engkau dengan air yang mengalir dari dadaku sendiri. Bila engkau menangis kugendong dan kuhibur. Kuberi engkau pakaian dan sepatu dan topi yang cocok untukmu. Tak lupa kubelikan juga mainan yang kau gemari; mobil-mobilan atau boneka-boneka yang lucu. Engkau masih ingat masa kecilmu, kan?
Setiap pagi dan sore kumandikan engkau. Bila kau ngompol atau e’ek di celana atau di popok, dengan sabar kubersihkan dan kuganti dengan yang baru.
Paling sedihlah aku, bila kamu sakit. Memang engkau waktu itu hanya makhluk kecil yang tidak berdaya, yang bisa saja kubuang ke kotak sampah atau ke selokan kalau aku mau. Tapi aku cinta padamu, engkau bagian dari hidupku sendiri. Maka kurawat engkau sungguh-sungguh, kubawa engkau ke dokter, kuusahakan agar kau mendapat vaksinasi dan makanan bergizi.
Anakku...
Pada waktu masih kecil dulu, kamu sering rewel, ngambeg bila tidak diberi uang jajan, atau sulit bila disuruh mandi. Kau ingat betapa manjanya kamu. Setiap kali kau lari ke pangkuanku bila engkau bertengkar dengan kakakmu, bila dimarahi ayah, atau bila dinakali teman-temanmu. Aku menjadi saksi untuk masa kecilmu yang manja, sehingga aku tak sempat lagi mengurus diri atau pergi sesuka hati.
Kini engkau sudah dewasa...
Aku bangga padamu, engkau harapanku. Namun aku sering sedih melihat kelakuanmu; kala engkau bermalas-malasan untuk bangun, kala bermain seharian tak tahu waktu. Hampir-hampir aku menangis bila kuingat betapa sulitnya menyuruhmu belajar, mengerjakan PR, atau mengingatkanmu untuk tidak membolos. Sepertinya kau tidak tahu bahwa ini semua demi kamu sendiri. Sungguh aku tidak bermaksud mau menyengsarakanmu dengan aturan-aturanku. Aku ingin engkau bahagia, bisa hidup pantas di tengah-tengah dunia yang penuh dengan persaingan ini. Kamu harus pandai supaya tidak mati tertelan jamanmu nanti.
Anakku...
Betapa sedihnya aku, ketika aku kau tuduh orang tua kolot, orang tua yang tidak mengikuti jaman, atau orang tua kampungan. Aku ingin dipahami bahwa kalau kusuruh kau bergaul tidak sembarangan, berpakaian yang pantas dan mau menghargai orang lain, adalah sungguh-sungguh supaya kamu menjadi manusia yang bermoral, bukan begajulan yang menghancurkan hidupnya dengan mau hidup sebebas-bebasnya.
Setiap malam aku berdoa untukmu, tak sekejap pun engkau hilang dari hidupku. Bila aku sedang memasak di dapur, yang kubayangkan adalah kepuasan makanmu dan juga kesehatan tubuhmu. Bila aku ikut membantu bekerja, yang kuinginkan engkau tidak terhambat karena biaya. Bila kubenahi kamarmu yang selalu berantakan yang kuinginkan agar kau krasan di rumah. Bila kubelikan kau baju-baju yang modis, aku ingin kau tidak malu pada teman-temanmu. Dan bila aku merawat kesehatan tubuhku sendiri, aku hanya ingin agar aku dapat lebih lama lagi mendampingi dan menyerahkan hidup kepadamu.
Anakku...
Jangan sia-siakan cintanya. Jarang sekali dia mengeluh kala menghadapi beratnya beban kehidupan, tugas-tugas berat dan tuntutan anak-anaknya. Di hadapan kita, dia selalu tersenyum dan tertawa gembira. Kadang-kadang aku merasa kasihan kepadanya kalau dia tidak bisa pulang seharian, kalau tubuhnya yang sudah kecapaian itu harus dipaksa untuk bekerja lagi. Saya sendiri sering merasa bersalah karena rasanya hanya memperlakukan ayah seperti kuda beban atau sapi perahan. Kita bisa beli ini itu, bisa pergi ke sana kemari atau bermain-main dengan santai di rumah, sementara itu dia hanya puas dengan secangkir kopi dan baju yang itu itu saja, dia juga tidak mempunyai banyak waktu untuk bersantai-santai seperti kita. Sungguh anakku, aku mohon hormatilah ayahmu.
Luar biasa sungguh besar cinta orangtua terhadap kita. maka dari itu marilah Kita sebagai anak juga harus berusaha agar kita dapat membahagiakan ke 2 orang tua kita yang telah membesarkan kita dan seorang ibu yang mati matian berusaha melahirkan kita dan mengandung kita selama 9 bulan, sayangilah kedua orang tua kita. Selagi kita masih punya kesempatan Sayangi ibu kita sepenuh hati dan ikhlas tanpa ada rasa malas untuk ibu, karena jika kesempatan itu udah gada kita akan sangat merasa menyesal telah menyianyiakan waktu itu tapi kita masih bisa mendoakan nya :)
Langganan:
Postingan (Atom)