Pekerjaan seorang arsitek secara tidak langsung akan berhadapan dengan lingkungan, maka dari itu peran arsitek akan menentukan bagaimana kondisi lingkungan itu nantinnya. Dua kemungkinan pasti akan terjadi yaitu memperbaiki atau justru malah merusak. Arsitek yang berhasil adalah arsitek yang mampu mengolah lingkungan yang telah tidak layak atau kurang layak menjadi lingkungan baru yg lebih layak dan pantas untuk sebuah aktifitas tertentu tanpa mengubah ciri atau inti dari lingkungan itu.
Summarecon Mal
Bekasi
Saya mengatakan penerapan arsitektur lingkungan ini berhasil karena proyek ini merupakan bangunan yang dirancang dengan konsep Green Building. Kesan bangunan yang ramah lingkungan memang sangat terasa di Summarecon Mal Bekasi. Beragam vertical garden menghiasi tiap sudut mal dan Downtown Walk. Vertical garden ini fungsinya untuk membuat Summarecon Mal Bekasi jadi lebih hijau dan teduh. Program ramah lingkungan yang dilakukan oleh Summarecon Mal Bekasi juga termasuk pengolahan air limbah dengan menggunakan teknologi Sewage Treatment Plant (STP). Teknologi ini sudah dijalankan sejak Summarecon Mal Bekasi beroperasi. Teknologi Sewage Treatment Plant mengubah air limbah sehingga dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman dan penyiraman air di toilet. Program penghematan sekaligus ramah lingkungan. Kerennya lagi, Summarecon Bekasi telah menyatakan perang terhadap stereofoam. Semua tenant Food & Beverage yang ada di Summarecon Bekasi, dilarang menggunakan stereofoam dalam bentuk apapun.
Kesimpulan bangunan :
Bangunan mall ini ramah lingkungan dengan beragam fasilitas alami yang menyatu dengan alam akan mengurangi dampak global warming, bangunan ini juga memanfaatkan limbah yang dapat di gunakan kembali sehingga tidak banyak merusak lingkungan.
Contoh penerapan arsitektur lingkungan yang gagal :
Highland Towers, Selangor Malaysia
bangunan dari komplek apartement Highland Towers ambruk rata ketanah. Salah satu saksi mata yang menyaksikan kejadian tersebut menggambarkan bahwa ia melihat bangunan tersebut runtuh seperti dalam adegan slow motion.
Komplek apartement Highland towers terdiri dari 3 blok bangunan tinggi didasar dari sebuah bukit curam tidak jauh dari ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Penyebab keruntuhan adalah dinding penahan serta sistem drainase yang buruk dan juga maintenance yang buruk dan diperparah oleh tindakan adanya pengembang lain yang membangun gedung di punggung bukit tepat diatas Highland towers. Hal ini mengakibatkan lapisan tanah rentan terhadap erosi dan pipa pipa drainase yang dibuat menghalangi akar-akar pepohonan dibukit tersebut.
Pada akhirnya hujan yang turun selama 10 hari berturut-turut membuat tekanan yang besar pada pipa pipa drainase dibukit, pada akhirnya pipa meledak dan menumpahkan air sehingga air mencapai kadar level berbahaya lalu mengikis lapisan tanah yang berimbas pada longsor yang menerjang dan meruntuhkan dinding pelindung di kaki bukit.
Seratus ribu meter persegi lumpur menerjang blok bangunan I dan menerjang maju serta membuat fondasi bangunan tersebut amblas, tiga orang berhasil ditarik keluar hidup-hidup dari terjangan lumpur, namun setelah 12 hari pencarian yang gagal untuk menemukan korban selamat mereka menemukan 48 mayat korban runtuhnya bangunan tersebut.
Setelah peristiwa itu, Blok II dan III para penghuninya dievakuasi dan selanjutnya mereka meninggalkan apartement tersebut yang hingga kini masih berdiri sebagai saksi bisu atas peristiwa kelalaian manusia.
Kesimpulan:
Arsitek yang berhasil adalah asritek yang mampu membuat sesuatu yang lama atau yang kurang layak dapat diperbaharui dengan memenuhi 3 syarat yaiutu Firmitas, Utilitas, dan Venustas yang juga memperhatikan dampak/pengaruh yang baik di masa yang akan datang atau masa jangka panjang.